Minggu, 06 September 2015

Modul Askeb II Kala I Persalinan


Asuhan Kebidanan Kala I Persalinan Poltekkes Kemenkes Medan 2015

PENDAHULUAN
Dasar teori

              Menurut  sumber buku Penuntun Praktikum Asuhan Persalinan Kala I karangan Yuni Kusmiyati : 2010. Kala I adalah kala pembukaan, dimulai dari his teratur sampai pembukaan lengkap. Kemajuan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.  Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan serviks sampai pembukaan kurang dari  4 cm, biasanya berlangsung sekitar 8 jam. Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat, pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm, dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Pada kala I pasien harus mendapatkan asuhan yang komprehensif, antara lain mengkaji data pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dimana asuhan dilakukan dengan prinsip sayang ibu.

              Sedangkan menurut Buku Asuhan Persalinan Normal : 2014 Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
              Tanda dan gejala in partu termasuk :
·         Penipisan dan pembukaan serviks
·         Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
·         Cairan lendir becampur darah (“show”) melalui vagina





Fase-fase dalam Kala I Persalinan
              Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
              Fase laten pada kala satu persalinan :
·         Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
·         Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4cm
·         Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
Fase aktif kala satu persalinan :
·         Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
·         Dari pembukaan 4cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara/primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
·         Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Adapun persiapan-persiapan dalam pelaksanaan Asuhan Kala I yang dikutip dari sumber buku Penuntun Praktik Asuhan Persalinan, Yuni Kusmiati : 2010 yaitu :
Persiapan
  • Ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir
  • Perlengkapan dan obat esensial
  • Rujukan (bila diperlukan)
  • Asuhan sayang ibu dalam kala 1
  • Upaya pencegahan infeksi yang diperlukan









Asuhan Sayang Ibu
  • Memberi dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus bangga dan mensyukuri anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT dan optimis bahwa ibu bisa mendidik anak dengan baik
  • Mengatur posisi yang nyaman bagi ibu
  • Cukup asupan cairan dan nutrisi
  • Keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
  • Penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai

Yang Tidak Dianjurkan
  • Kateterisasi rutin
  • Periksa dalam berulang kali (tanpa indikasi yang jelas)
  • Mengharuskan ibu pada posisi tertentu dan membatasi mobilisasi (pergerakan)
  • Memberikan informasi yang tidak akurat atau berlawanan dengan kenyatan

Mengosongkan kandung kemih
  • Memfasilitasi kemajuan persalinan
  • Memberi rasa nyaman bagi ibu
  • Mengurangi gangguan kontraksi
  • Mengurangi penyulit pada distosia bahu (bahu besar/lebar)
  • Bila dilakukan sendiri dapat mencegah terjadinya infeksi akibat trauma atau iritasi

Anamnesis/wawancara
  • Identifikasi klien (biodata)
  • Gravida (kehamilan), para (persalinan), abortus (keguguran), jumlan anak yang hidup
  • HPHT (Hari Pertama Haid yang Terakhir)
  • Taksiran persalinan
  • Riwayat penyakit (sebelum dan selama kehamilan) termasuk alergi
  • Riwayat persalinan






Pemeriksaan fisik

Tujuan  pemeriksaan  fisik  adalah  untuk  menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya. Informasi yang dikumpulkan dan pemeriksaan fisik akan digunakan bersama dengan informasi dan hasil anamnesis untuk proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis serta mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai.

Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan dan jelaskan pula aiasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga mereka memahami kepentingan pemeriksaan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :

·         Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik.
·         Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tenteramkan hati ibu dan bantu ibu agar merasa nyaman. Jika ibu tegang atau gelisah, anjurkan untuk menarik napas perlahan dan dalam.
·         Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya. (Jika perlu, periksa jumlah urin, protein dan aseton dalam urin).
·         Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri, warna konjungtiva, kebersihan, status nutrisi dan kecukupan air tubuh.
·         Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, temperatur, nadi dan pernapasan). Agar su paya bisa menilai tekanan darah dan nadi ibu dengan akurat, lakukan pemeriksaan di antara dua kontraksi.
·         Lakukan pemeriksaan abdomen
·         Lakukan pemeriksaan dalam







Periksa abdomen
  • Tinggi fundus uteri (TFU)
  • Menentukan presentasi dan letak janin
  • Menentukan penurunan bagian terbawah janin
  • Memantau denyut jantung janin (DJJ)
  • Menilai kontraksi uterus

Sebelum memulai pemeriksaan, pastikan bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya. Minta ibu berbaring, tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya kemudian minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, bantu untuk santai dan tenang dengan cara meminta ibu menarik napas dalam.
1. Menentukan tinggi fundus
Pastikan tidak terjadi kontraksi selama penilaian. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur. Mulai dan tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak fundus uteri mengikuti aksis atau linea medialis pada abdomen (lihat Gambar 2 Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan pun cak fundus uteri adalah tinggi fundus.








Gambar 2-1 : Menentukan tinggi fundus
Sumber : google image




2. Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kon traksi uterus. Letakkan tangan (dengan hati-hati) di atas uterus dan rasakan jumlah  kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi berlangsung. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi 40 detik atau lebih. Di antara dua kontraksi, dinding uterus melunak kembali dan mengalami relaksasi.

3. Memantau denyut jantung janin

Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan dan scbuah fetoskop Pinnards atau Doppler untuk memantau denyut jantung janin (DJJ); Dengan fetoskop dengarkan denyut jantung janin yang dihantarkan melalui dinding abdomen. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen di mana DJJ terdengar paling kuat.
Tips :Jika DJJ sulit ditemukan palpasi abdomen dan tentukan dataran punggung bayi. Biasanya denyut jantung bayi lebih mudah digeser melalui dinding abdomen yang sesuai dengan dataran punggung bayi.

Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dan satu kontraksi. Jika DJJ kurang dan 120 atau lebih dan 160, pertimbangkan adanya gangguan sirkulasi utero-plasenter padajanin. Jika DJJ kurang dan 100 atau lebih dan 180 per menit, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk santai. Lakukan penilaian ulang denyut jantung 5 menit kemudian untuk menentukan apakah DJJ tetap abnormal., Jika DJJ tidak mengalami perbaikan, siapkan untuk segera dirujuk (lihat Tabel 2-1).

4. Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong/sungsang) :
  • Berdiri di samping ibu, menghadap ke arah kepalanya (pastikan lutut ihu ditekuk).
  • Dengan ibu jari dan jari tengah dan satu taugan (hati-hati tapi mantap) pegang bagian bawah abdomen ibu, tepat di atas simfisis pubis. Bagian terbawah janin atau presentasi dapat diraba di antara ibu jari dan jari tengah.
  • Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian tersebut masih bisa digerakkan. Jika bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam panggul maka bagian tersebut tidak dapat digerakkan lagi.
  • Untuk menentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong, pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Jika bulat, keras dan mudah digerakkan
    mungkin presentasi kepala, atau jika tidak beraturan, lebih besar, tidak keras dan sulit digerakkan mungkin bokong. Sungsang berarti terbalik dan ini diidentikkan dengan bokong sebagai kebalikan dan kepala. Jika presentasinya bukan kepala, lihat Tabel 2-1.
5. Menentukan penurunan janin

Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan abdomen dibandingkan dengan pemeriksaan dalam.
Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin yang bisa di palpasi di atas simfisis lihat Gambar 2-2).
Kepala janin adalah:
  • 5/5 (lima per lima) jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis.
  • 4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
  • 3/5 jika hanya tiga dan lima jam bagian kepala janin teraba di atas simfisis pubis.
  • 2/5 jika hanya dua dan lima jan bagian kepala janin berada di atas simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat digerakkan).
  • 1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis pubis.
  • 0/5 jika kepalajanin tidak teraba dan luar atau seluruhnya sudah melalui simfisis pubis.
Penurunan kepala 5/5                                      Kepala bisa dipalpasi dengan 5jari

Penurunan kepala 2/5

Rujuk primigravida yang berada dalam fase aktif persalinan dengan kepala janin masih 5/5 (Tabel 2-1).

Alasan: Kepala harus sudah mulai masuk ke dalam rongga panggui pada fase aktif kala satu persalinan. Bila kepala tidak dapat turun, mungkin diameternya lebih besar dibandingkan dengan rongga panggul ibu. Bila ada dugaan disproporsi kepala panggul (cefalo pelvic disproportion atau CPD), untuk mendapatkan keluaran yang optimal, sebaiknya ibu segera dirujuk kefasilitas kesehatan yang dapat melaksanakan tindakan seksio sesar. Bila kepalajanin tidak dapat turun, risiko untuk terjadi tali pusat menumbung akan lebih tinggi pada saat selaput ketuban pecah.

Periksa dalam (PD)

Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, tangan dicuci dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih’. Minta ibu untuk berkemih dan membasuh regio genitalia dengan sabun dan air bersih (jika ibu belum melakukannya). Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan dan anjurkan ibu untuk nicks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.



Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
  1. Tutupi badan ihu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.
  2. Minta ibu berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakiriya satu sama lain).
  3. Menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada saat melakukan pemeriksaan.
  4. Menggunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau larutan antiseptik. Membasuh labia secara hati-hati, seka dan depan kebelakang untuk menghindarkan kontarninasi feses (tinja).
  5. Memeriksa genitalia eksterna, apakah terdapat luka atau massa (termasuk kon dilornata), varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
  6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah terdapat bercak darah, perdarahan pervaginam atau mekonium:
  7. Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam. Lihat Tabel 2-1.
  8. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika mekonium ditemukan, lihat apakah kental atau encer dan periksa DJJ (lihat Tabel 2-1):
    1. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ secara seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadinya gawat janin, lihat Tabel 2-1 dan rujuk segera.
    2. Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera (lihat Tabel 2-1).
    3. Jika ban busuk, lihat Tabel 2-1. Ibu mungkin mengalami infeksi.
  9. Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan (gunakan sarung tangan pemeriksa). Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti oleh jari tengah. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannya sebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi (memecah kannya).
Alasan: Amniotomi ineningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi, serta gawat janin.
  1. Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat kelahiran bayi.
  2. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10.  Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi) tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti langkah-Iangkah kedaruratan di Tabel 2-1 dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.


11.  Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul.
Bandingkan  penurunan kepala dengan temuan-temuan dan pemeriksaan  abdomen Untuk menentukan kemajuan persalinan.
12.  Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang kepala dan/atau tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin Sesuai dengan diameter jalan lahir.
13.  Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jan pemeriksa dengan hati-hati, celupkan sarung tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
14.  Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering.
15.  Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16.  Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan ke!uarganya.

Setelah melengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisik

Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
  1. Catat semua hasil anamnesis dan temuan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
  2. Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan apakah ibu sudah dalam persalinan (inpartu). Jika pembukaan serviks kurang dan 4 cm, berarti ibu masih dalam fase laten persalinan. Lakuikan penilaian ulang setelah 4 jam sejak pemeriksaan pertama. Jika pembukaan serviks 4 cm atau lebih, ibu telah masuk dalam fase aktif persalinan; mulailah mencatat kemajuan persalinan pada partograf (lihat bawah).
  3. Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara khusus.
  4. Setiap kali selesai melakukan penilaian, analisis data yang terkumpul, buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan asuhan bagi ibu. Penatalaksanaan itu selalu berdasarkan pada hash temuan penilaian.









Contoh: Jika setelah menyelesaikan penilaian awal diagnosisnya adalah kehamilan intrauterin, cukup bulan, dalam fase aktif kala satu persalinan dengan DJJ dan tanda tanda vital normal. Rencana selanjutnya adalah terus mernantau kondisi ibu serta janin menurut parameter-parameter pada partograf dan memberikan asuhan sayang ibu. Jika hasil diagnosis menunjukkan suatu ahnormalitas atau komplikasi, maka rencana selan jutnya mencakup persiapan untuk rujukan segera, memperbaiki kondisi umum ibu, merujuk sambil terus menerus memantau dan me!akukan pertolongan awal terhadap masalah tersebut dan tetap
memberikan asuhan sayang ibu. Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan keluar ganya sehingga mereka memahami asuhan yang akan diberikan.

Mengenali masalah dan penyulit secara dini

Pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap masalah atau penyulit yang mungkin terjadi. Ingat bahwa menunda pemberian asuhan kegawat daruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan penieriksaan fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada Tabel 2-1 dan lakukan tindakan segera. Lakukan langkah dan tindakan yang scsuai untuk mernastikan proses persalinan yang aman bagi ibu dan keselamatan bagi bayi yang dilahirkan.

Riwayat yang harus diperhatikan
  • pernah bedah sesar (sectio cesarea)
  • riwayat perdarahan berulang
  • prematuritas  atau tidak cukup bulan
  • ketuban pecah dini (ketuban pecah sebelum waktunya)
  • pewarnaan mekonium cairan ketuban
  • infeksi ante atau intrapartum
  • hipertensi
  • tinggi badan dibawah 140 (resiko panggul sempit)
  • adanya gawat janin
  • primipara dengan bagian terbawah masih tinggi
  • malpresentasi atau malposisi

  • tali pusat menumbung
  • keadaan umum jelek atau syok
  • inersia uteri atau fase laten memanjang
  • partus lama

Penggunaan Partograf Pada Kala I Persalinan Normal

            Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf untuk :
·         Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks periksa dalam
·         Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadi partus lama.
·         Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tidakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Pencatatan selama fase laten kala satu persalinan
·      Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4cm
·      Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 samapai 10cm.
              Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat ngdicatat secara terpisah, baik dicatatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi jua harus dicatatkan.
              Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu :
1.      Denyut jantung janin, setiap ½ jam
2.      Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
3.      Nadi : setiap ½ jam
4.      Pembukaan serviks : setiap 4 jam
5.      Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
6.      Tekanan darah dan tempratur tubuh : setiap 4 jam
7.      Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam
Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase berlangsung lebih dari 8 jam.

Pencatatan selama fase aktif persalinan : Partograf

Informasi tentang ibu :
1.      Nama, umur
2.      Gravida, para, abortus (keguguran)
3.      Nomor catatan medik/nomor puskesmas
4.      Tanggal dan waktu dimulai rawat ( atau jika dirumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
5.      Waktu pecahnya selaput ketuban

Kondisi janin :
1.      DJJ
2.      Warna dan adanya air ketuban
3.      Penyusupan (molase) kepala janin

Kemajuan persalinan :
1.      Pembukaan serviks
2.      Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
3.      Garis waspada dan garis bertindak

Jam dan waktu :
1.      Waktu dimulainya fase aktif persalinan
2.      Waktu aktual saat pemeriksaan atau peilaian

Kontraksi uterus :
1.      Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2.      Lama kontraksi (dalam detik)

Obat-obatan dan cairan yang diberikan :
1.      Oksitosin
2.      Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan




Kondisi ibu :
1.      Nadi, tekanan darah dan tempreratur tubuh,
2.      Urin (volume, aseton atau protein)
Asuhan, pemgamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).

Mencatat temuan pada partograf
A. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat rnemulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
B. Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
1. Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dewngan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus (Gambar 2-6).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka l dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Lihat Tabel 2-1 untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.



2. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ (Gambar 2-6). Gunakan lambang-lambang berikut ini :
  • U : ketuban utuh (belum pecah)
  • J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
  • M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
  • D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
  • K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai (lihat Tabel 2-1)
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (lihat tabel 2-1)
3. Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan dikotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :

0     : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1     : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2     : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3     : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih dan tidak dapat dipisahkan

C. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks (Gambar 2-6). Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
1. Pembukaan serviks
Dengan rnenggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dan setiap pemeriksaan. Tanda “X’ harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks
Perhatikan :
§  pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil perisa dalam (PD).
§  Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda “X” pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
§  Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).








Contoh : Perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rohati (Gambar 2-6) :
Contoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan serviks tidak dicantumkan pada garis waspada tetapi pada angka yang tertera pada garis tepi kolom pembukaan.

3. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Penieriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian tcrbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pernbukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.






Tulisan  “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dan 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simpisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” digaris angka 4. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
Contoh: Partograf untuk Ibu Rohati (Gambar 2-6) :
  • Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5
  • Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5

3. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan Selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dan 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll). Pertirnbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawatdaruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
Sebaiknya, ibu sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.                                                          


 Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kernudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika
hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6cm, pada pukul 15.00, cantumkan tanda ‘X’ di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).

Kontraksi uterus

Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.  Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai (Gambar 2-4). Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi.








Nyatakan Iamanya kontraksi dengan:

 Beri titik titik di kotak yang sesuai untuki menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik

Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik
 

Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik

Dalam waktu 30 menit pertama terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lamanaya kurang dari 20 detik.




















Dalam waktu 30 menit kelima terjadi tiga kontraksi dalam waktu 10 menit dan lamanya menjadi 20-40 detik

Dalam waktu 30 menit ketujuh terjadi 5 kontraksi dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik








Gambar 2-3
Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit dalam persalinan aktif.


Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.
1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokurnentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
2. Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan/cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.


Kondisi Ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
·         Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Ben tanda titik pada kolom waktu yang sesuai (•).
·         Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai:
·         Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih lebih jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
2. Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih).

Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya


Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf. atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup :
  • Jumlah cairan per oral yang diberikan
  • Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur
  • Konsu dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum)
  • Persiapan sebelum melakukan rujukan
  • Upaya rujukan

INGAT :
  1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dan 4 cm. Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dan 8 jam.
  2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pernenksaan selama fase laten persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.
  3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaanserVikS dart 4 sampai 10 cm. Biasanya, selania fase aktif, terjadi pembukaan serviks sedikitnya 1 cm/jam..
  4. Saat persalinan maju dan fase laten ke fase aktif, dimulailah pencatatan pada garis waspada di patrograf.
  5. Jika ibu datang pada saat fase akiif persalinan pencatatan kemajuan pembukaan serviks dilakukan pada ganis waspada.
  6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan seviks umumnya tidak akan melewati garis waspada.


Pencatatan pada lembar belakang Partograf

Halaman belakang partograf  merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.

 Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.

            Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut :
§  Data atau Informasi Umum
§  Kala I
§  Kala II
§  Kala III
§  Bayi Baru Lahir
§  Kala IV
Cara pengisian :
Data dasar
          Terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan, dan pendamping saat merujuk. Isikan data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberikan tanda cheklist pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.

KALA I
          Kala satu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang Partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkarilah jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam persalinan. (APN : 2014)

1 komentar:

  1. 10 Tips for Making Perfect Moustache Tinting Moustache Tattoo
    Moustache can be used mens black titanium wedding bands to achieve titanium rod a very nice size and shape. · If you can't get rid of the face, titanium key ring stick to the smith titanium back snow peak titanium flask of your head or

    BalasHapus